Langsung ke konten utama

The Gangsta Paradise

Kalau ada pertanyaan tentang masa terhebat yang pernah dialami, maka dengan lantang saya akan menjawab, saat kelas 3 SMA di jurusan Bahasa. Hah.! sungguh kelas paling absurd, konyol, bojeg, kocak, dan segala - galanya lah...



Bersama orang - orang di foto ini saya meretas banyak cerita dan kesenangan hidup. Bersama mereka saya belajar tertawa lepas dan melupakan sejenak beban di pundak. Mereka teman suka cita, pelipur lara. Bersama mereka saya menemukan rumah ke-2, sebuah keluarga baru. Masa itu telah lewat 3 tahun lamanya, saya ingat pada bulan Agustus 2005 saya memutuskan untuk memilih jurusan bahasa, sebuah keputusan yang tak pernah saya sesali. Hingga hari ini saya bangga pernah menjadi bagian dari sebuah kumpulan orang - orang sok pintar. hahaha...ngga lah, emang pinter beneran kok. Kalau ngga, mana mungkin kita jadi juara umum Deutschfest 2006 SMA se-Jawa Barat di UPI. Kita hampir menyapu bersih semua lomba, mulai dari Lomba Baca Text Jermanm: Juara 3, Cerdas Cermat: Juara 2, Vocal Group: Juara 1, Festival Band: Juara 1 dan akhirnya dinobatkan sebagai juara umum. Di Futsal kita cuma menang kaera ( malu ) soalnya di bantai 14-2. hahaha...emang kelas pelawak kita ini! Tapi tetap berbangga dengan membawa pulang 4 piala plus trophy utama yang pialanya paling gede sebagai juara umum. Andaikan ada kategory Penonton Terbaik, saya yakin kita juga pasti menang. Well, secara kita itu anak - anak hiperaktif dan sangat ekspresif.
Haduh, kawan...saya sangat merindukan masa - masa kejayaan kita. Sayang, belum ada yang berhasil menemukan lorong waktu. Kalau ada, saya pasti bakal bolak - balik ke masa putih abu.

Banyak segala macam kegilaan yang dilewati bersama. Kedekatan kekeluargaan yang belum saya rasakan kembali hingga kini. Satu kelas yang benar - benar satu. Bagaimana tidak? Saat kelas - kelas lain muridnya mencapai 40 orang lebih, 3 Bahasa hanya mempunyai 20 orang siswa terpilih. hehehe....mau tak mau melewatkan apa - apa selalu bersama. Pulang sekolah, biasanya kita jalan - jalan keliling kota pake mobil "big bos" kita, Caesar, bersama sang supir tercinta, Pak Dedi. Jalan nonton dari bioskop 21 BIP (dulu namanya masih 21 belum jadi empire), Regent, sampai bioskop paling ekslusif di Bandung, bioskop Palaguna. Kenapa ekslusif? Terang saja ekslusif, wong kita mbeli tiket aja ngga perlu pake ngantri dan saat masuk studionya, bisa duduk di mana pun kita suka. Bioskopnya leer a.k.a empty alias kosong serta sound system nya itu...wuihh,,vintage abiezz (baca: rebek. bioskop tua sih). Tapi Bioskop yang paling sering kita sambangi adalah Braga 21. Ngga tau kenapa, sering banget nonton di situ. Kalau ngga nonton, kita jalan - jalan ke Lembang. Tujuannya : makan. Nya heu-euh! apalagi coba? ngga nonton, ya makan. Abis makan di Lembang, kita ke maribaya. sebenernya ngga masuk ke air terjun maribayanya soalnya duit kita udah cekak. Jadi cuma di luarnya aja, di situ juga ada sungai yang airnya deras menyerupai air terjun. Kerrreeeeennnn...sayang foto - fotonya stuck di HP si Gyan yang dudul itu!

Sebenernya kita ini pelajar, tapi kerjaan kita di kelas, bikin turnamen Poker kecil - kecilan. Haduhhh,,,dua kali kartu kita di rampas sama Bu Yeti, tapi ngga kapok - kapok. Abis, Bu Yeti nya juga sih, guru dengan hati paling baik. Makanya, pas pelajaran bu Yeti ngga ada anak yang berani mabal. Tau kenapa? soalnya ngga tega! terlalu baiiiiikkk.

Truth or Dare juga jadi pilihan permainan kita di waktu senggang (kalau ngga ada guru). Semua anak ngumpul di tengah kelas bikin lingkaran dan hmmm...saya lupa, dulu hp siapa yang jadi korban iaa, buat di puter - puter? Berhubung Bangku di kelas itu bentuknya letter U, jadi lahan bermain cukup luas di tengah kelas. Malah dulu, tengah kelas kita di pake buat tanding voli. Voli? yep, voli kardus tepatnya. hahahaha.....ancur pisan lah! Cuma anak - anak bahasa yang bisa mempraktekkan kelucuannya.
Belum lagi skandal - skandal percintaan di kelas....bari jeung euweuh nu jadi (tapi ngga ada yang jadian)! Kelas Bahasa juga menjadi satu - satu nya kelas yang jadi berangkat Study Tour. Kita punya proposal sendiri untuk berangkat study tour. Besoknya, dengan alasan capek plus ngantuk, kita sekolah cuma setengah dari jam pelajaran normal, jam 10 kita udah pulang. Tapi bukannya pada pulang ke rumah masing - masing, kita pulang ke basecamp di gang Marhayi a.k.a rumahnya abox dan di sana anak - anak malah nonton Miyabi. dodol! Seru juga waktu menjebak nevy pas lagi April Mop. Sampai sempet pundung juga itu anak, tapi bukan Nevy namanya kalau di rayu - rayu ngga jadi baik lagi..


One of the best moment lainnya waktu bikin surprise Birthday Party buat Ibu Tri. Kue tart yang kita beli ukurannya super duper mini. Keciiiiiiiil buanget! Dibagi 20 potong aja langsung abis, alhasil bu Tri nya malah ngga makan kuenya. Kita lagi yang makan. Udah gitu, besoknya di undang makan di rumah Bu Tri daerah antapani. Selain itu, beliau juga pernah nraktir kita satu kelaseun di WS. Gratiiis!

Bu Tri bukan wali kelas kita, wali kelas kita namanya Tatang Ojang, tapi Bu Tri justru yang lebih seperti wali kelas. Beliau ngajar Bahasa Jerman dan udah seperti mama kita semua.
<--- data-blogger-escaped-bukan="" data-blogger-escaped-ojang.="" data-blogger-escaped-okeh="" data-blogger-escaped-sekali="" data-blogger-escaped-strong="" data-blogger-escaped-tatang="">Wali kelas yang cuma dateng ke kelas 10 menit, celingak - celinguk, lalu nyuruh sekretaris buat nyatet di papan tulis, terus dia keluar kelas deh.
Pokoknya Bahasa emang ngga ada duanya. Masa yang takkan pernah mampu terbeli. Masa yang akan selalu di rindukan. Moto kita bersama : Senang ditanggung bersama, susah ditanggung KM!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.