Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

Di Luar Hujan

“Di luar hujan,” Rintik menatap ke luar jendela. “Bagus dong,” Aksa memeluk tubuh Rintik dari belakang. “Aku tidak bisa pulang,” ujar Rintik masih tetap menatap ke luar jendela. Aksa tersenyum lembut. “Tuhan maha mengerti kalau aku masih ingin bersama kamu,” tak dilepasnya pelukan itu. “Tapi Ibu pasti mencariku. Kalau aku tidak buru – buru pulang, Ibu pasti marah. Matahari sudah mulai tenggelam, Aksa,” “Justru itu. Artinya waktuku untuk bisa memelukmu seperti ini tinggal sesaat lagi,” “Kan masih ada hari esok,” “Esok itu masih lama,” Aksa membalikan tubuh kekasihnya, ditatapnya mata gadis itu sembari tersenyum. Tak pernah dirasakannya rasa sehebat ini, ia sungguh mengagumi makhluk terindah ciptaan Tuhan yang tengah berdiri di hadapannya, di peluknya. “Aksa...” “Hmm...” “Aku harus pulang,” “Di luar hujan, Cintaku,” “Aksa,” “Kamu masih mau pu

Dag Dig Dug Serrr

Huppfff....akhirnya jadi jg ini para bocah jalan2. Rencananya sih mau pas long weekend tanggal 6-8 Maret waktu itu, tapi saya bersyukur karena ada masalah dalam penyewaan mobil. soalnya kalau waktu itu jadi, yang ada malah bete di jalan. bo, ya...secara long weekend Bandung gitu loh! males banget, berseliweran ngantri mobil - mobil gede ber-plat nomer selain D dan malah didominasi sama mereka yang ber-plat B yang sama dengan Bloon. Soalnya mereka suka mengeluhkan kondisi jalanan Bandung yang sekarang macet, mereka ngga nyadar apa ya kalau Bandung jadi macet gara - gara mobil mereka! Bloon...

Jingga, Senja

Langit sore ini begitu indah. Senja. Matahari yang memerah di ufuk barat perlahan mulai tenggelam dan memendarkan warna jingga di langit. Warna jingga yang begitu khas diselingi dengan warna biru langit yang mulai menipis dan awan – awan putih yang mulai samar. Sesekali aku melihat burung – burung terbang berkelompok. Aku mendongak dan kurasakan angin sore berhembus lembut menyapa ramah wajahku, membaui segarnya wangi tanah yang terbasahi air hujan. Aku memejamkan mataku, membayangkan aku adalah salah satu dari mereka. Dari burung – burung yang terbang bebas, mengepakkan sayapnya, merasakan angin yang berhembus lembut membawa mereka terbang lebih tinggi. Sesaat aku merasakan diriku adalah burung, bersama mereka aku berkicau, terbang, dan merasa damai. Aku menghela nafas pelan dan perlahan membuka mataku. Masih mendapati diri terduduk di teras sebuan mini market 24 jam. Cokelat panas mengepul dari gelas styrofoam yang terletak di sebelahku. Aku cek selulerku dan kosong. Hhh, senja,

Berbicara Tentang Senja

Camar: Aku ingin menikmati senja bersama diam mu, meski terkadang diam mu itu menyakitkan Aku ingin menikmati senja bersama pelukmu, larut dalam desir angin dingin menusuk Aku ingin menikmati senja terakhir bersama mu, sebelum kita kembali menjadi malam - malam kelam... ====================================================== Senjana Jingga: aku akan menunggumu di balik senja dan kembali merangkai cerita - cerita yang sempat tercecar tentang aku tentang kamu tentang kita pada senja - senja berikutnya hingga kita tak lagi dapat menikmati senja.. - aku rindu, akan dua mata itu, yang menatap anggun kepadaku - ====================================================== dah nyampe mana? To: Camar ====================================================== Di CK bubat menikmati senja bersama cokelat panas dan novel seno :) To: Senjana Jingga ====================================================== senjamu tak diliputi hujan disana? To: Camar ===================

(Masih) Menunggu Pesan

Teknologi mengikuti zaman atau teknologi membuat zaman? Pertanyaan itu berputar - putar saat saya memandangi benda kecil persegi panjang di genggaman saya dan ini zaman benda seperti itu umum di sebut handphone atau hape . Dulu pacar saya memberi saya hape ini sebelum dia pergi, katanya agar kami tidak putus komunikasi. "Pake hape kita bisa bicara dua arah dengan mudah, bahkan bertukar pesan tanpa harus menunggu berminggu - minggu seperti saat kita mengirim surat," ujar Pacar saya. "Sehari sampai, begitu?" tanya saya. "Hahaha...sehari? tidak samapai lima menit pesan tulis kamu sudah bisa aku baca!" "Hah, buseeet!!" Awalnya saya sangat menikmati berkomunikasi menggunakan benda unik ini yang tak jarang berhenti berdering. Namun sekarang saya justru merasa tak ada beda dengan saling berkirim surat. Telepon ini tak lagi berdering seperti dulu saat ada pesan masuk. Tidak lagi. Sekarang dia tak ubahnya hanya benda metalik persegi panjang ya