Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Menyukseskan Korupsi di Perpus Sastra

Ada syarat-syarat yang diberlakukan untuk mengikuti ujian sidang skripsi di fakultas saya, diantaranya surat keterangan bebas pinjaman dari perpustakaan fakultas. Untuk mendapatkan surat keterangan itu, maka setiap mahasiswa diharuskan menyumbang dua buku dengan tema, minimal halaman, dan minimal tahun terbit yang sudah ditentukan. Sayangnya setelah ada persyaratan buku yang harus disumbangkan itu, tetap saja dipersulit.

Mimpi Sebuah Dunia

Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama - buruh dan pemuda, bangkit dan berkata - STOP semua kemunafikan, Stop semua pembunuhan atas nama apapun. Dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras, buat anak-anak yang lapar di tiga benua, dan lupa akan diplomasi. Tak ada lagi ras benci pada siapa pun, Agama apa pun, rasa apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik. Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi, yang tak pernah akan datang. Salem, 29 Oktober 1968 - Soe Hok-gie - 

Bangsa Budak, Bangsa Pecundang

Hati miris saat membaca kolom yang ditulis Wilujeng Kharisma di rubrik OPINI koran Pikiran Rakyat edisi Kamis, 17 Maret 2011 . Dari judul langsung membuat saya tertarik membacanya: Bangsa Pecundang . Sang penulis menceritakan pengalamannya saat mendengarkan pidato Adi Sasono, mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dalam rangka panen raya di Karawang. Adi Sasono menyebutkan, bangsa kita sedang menuju bangsa pecundang. Setelah sang Penulis menelaah lebih lanjut pidato dari Adi Sasono tersebut, memang sulit dipungkiri kalau kita perlahan bergerak menuju bangsa pecundang.

Sore, Enam Belas Maret Dua Ribu Sebelas

Kemarin, ketika aku merasa semakin dekat dengan dunia nyata, langit begitu indah. warna birunya berpadu dengan awan kelabu dan semburat jingga, menaungi lampu kota yang remang menyinari antrian padat kendaraan di jalanan basah ibu kota. Ohhhh.... terasa begitu romantis, tetapi hampa. -senjana jingga-

Jeram Palayangan

Sejenak melupakan tenggat waktu tugas akhir, saya menerima tawaran sepupu saya, Eka, tanpa pikir panjang untuk menjajal arung jeram di sungai Palayangan, Situ Cileunca, Pangalengan. Saya dan Eka sama-sama sedang dalam penyusunan skripsi yang ngga beres-beres itu. Kenapa sih, ngga beres-beres??