Langsung ke konten utama

Sastra Numero Uno


"SASTRA TIGA KALI!"
"GO FIGHT WIN, SASTRA!"



Langit biru akhirnya membuktikan bahwa mereka mampu menjadi nomer satu. Gelaran Forsi tahun ini akhirnya saya mencicipi nikmatnya menjadi juara. Semua penderitaan dari mulai di marahin Ibu Susy Hermaningsih karena setiap hari pulang malem, latihan seminggu tiga kali setiap sore ujan - ujanan di lapangan futsal jelek depan dekanat, terus kerja keras di lapangan, dibakar matahari siang bolong, kulit dari item semakin gosong sekarang, peluh keringat menetes, jantung deg deg an setengah mati, bolos kuliah, semua jadi ngga berasa pas partai puncak di capai dan kita sampai di puncak tertingginya dengan mengantongi gelar juara Futsal Putri Forsi. Kami menorehkan nama Sastra di puncak, menjadi tim nomer satu tahun ini, mengalahkan sang juara bertahan, di gelaran Forsi dua tahun lalu, Fisip.

Kerja keras tim, kekompakan, dan sejak awal sang pelatih, Helmy Subekti, menanamkan bahwa target kita bukanlah menjadi juara. Tetapi target kita adalah memenangkan setiap pertandingan.

Mensch, kita juara! saya aja masih percaya ngga percaya. Nina sampai nangis - nangis segala. Forsi ini adalah forsi terakhir buat Nina, Sheila, Vina, dan mungkin juga saya dan berbuah manis. Di Final kemarin tertanggal 25 Februari 2009 jam 11 siang di lapangan Kickers, pas banget matahari Jatinangor diatas kepala kita. Penonton membludak memadati pinggiran lapangan, meneriakkan yel - yel yang memberi semangat bagi tim yang mereka dukung. Secara skill dan pengalaman, sastra memang cuma punya Cut Sheilla Saomyra, sedangkan Fisip dengan segudang pemain inti Futsal Unpad. Tapi di mana - mana dalam sebuah game, dewi fortuna tetaplah dibutuhkan. Sebagus apapun kita bermain, tapi kalau Tuhan ngga menghendaki yah....apa boleh dikata? Sastra juga main tim, bagus. rapih. disiplin. Kepercayaan satu sama lain terususng baik. Meski sepanjang pertandingan selama 40 menit, ngga ada gol yang tercipta. Sampai akhirnya 5 menit babak tambahan, saat kick off Sheilla membawa Sastra biru membumbung tinggi. Gol nya dari titik tengah lapangan menjadikannya seorang Hero. Terimakasih kawan, tahun ini kamu memilih untuk bermain bersama Sastra. Sukses, dua tahun lalu membawa Fisip juara dan tahun ini kamu sukses membawa kita menjadi juara. Untuk seluruh kontingen futsal putri, selamat. Kita pantas menikmati kesuksesan, kita telah menorehkan sejarah baru untuk Sastra biru.

Thanks to:
Fitri Lestari (Sastra Inggris 2008) - Official Manager
Helmy Subekti (Sastra Inggris 2003) - Coach
Syukron Baihaqi (Fisip) - Asst. Coach
Edo (Sastra Inggris 2006) - Asst. Coach

Team:
Ica Meinanda (Sastra Jerman 2006) - Goalie; Seddy Kribo (Sastra Inggris 2008) - Goalie; Sheilla (Sastra Jepang 2005); Vinz (Sastra Indonesia 2005); Lia (Sastra Jepang 2008); Riztianti (Sastra Jerman 2004); Jermaina (Sastra Jerman 2005); Darto (Sastra Inggris 2008); Agrivian (Sastra Jepang 2006); TT (Sastra Inggris 2008).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.