Langsung ke konten utama

HUNGRY SOUL

Berangkat dari sebuah sabtu sore sehabis hujan mengguyur deras kota Bandung. Sore hari yang dingin dan basah membuat semua bulu - bulu di tangan saya berdiri merinding. Setelah duduk - duduk berdampingan, tertawa, ngacapruk, di sebuah beranda ruangan rumah sakit, memberikan support kami sebagai seorang sahabat kepada Mas Cacandran Jayabaya yang saat itu menjaga ayahnya dirawat di rumah sakit akibat penyakit jantung koroner, saya dan teman saya yang Merdeka pulang berburu sesuatu yang hangat dan mengenyangkan.



Berdua, saya dan teman saya yang Merdeka itu, berjalan menikmati indah dan sendunya kota Bandung yang basah sehabis hujan. Ya...meski jalanan becek yang sama sekali tidak nyaman karena lumpur mengotori kaki bersih kami, tapi waktu seperti ini jarang kami dapatkan. Perjalanan kami berakhir di sebuah tenda pedagang kaki lima: roti, jagung, pisang bakar dan susu murni bernamakan "Caniago - Menyajikan Makanan, Minuman Semalam Suntuk", di jalan dipatiukur. Kami pun memesan "camilan" hangat pengganjal perut. Indomie, roti bakar, jagung bakar, teh panas, bandrek, begitu menggoda di sore dingin sehabis hujan lebat.
"Wow, it's like hungry soul, you know." begitu ucap teman saya yang Merdeka itu.

Ya..ya..ya...dingin membuat perut keroncongan, you know. Dan sore itu seperti acara Girl's Day untuk kami berdua atau kencan tenda biru. Makan diselingi celetukan - celetukan ngaco, obrolan sampah, sampai cerita kenangan lucu yang tak henti membuat kami tertawa hingga tersedak. Lucu juga mendengar statement teman saya yang Merdeka itu mengatakan, "Kita itu bisa seharian ngga ketemu, tapi lalu seharian sama - sama terus." - hahaha. ya..ya.. kami satu jurusan di kampus, senin-selasa saya dan dia kuliah satu kelas dan duduk bersebelahan bersama - sama. Tapi di kampus, jarang kami punya kuantitas waktu seperti ini. Seperti yang dia bilang, seharian bisa ngga ketemu sama sekali dan kemudian esoknya atau lusa atau entah kapan bisa seharian terus bersama - sama.


Saya punya kebiasaan setelah makan yang manis legit, saya harus "menambalnya" dengan makanan rasa asin, karena kebanyakan makan yang manis terkadang membuat saya mual. Alhasil sore itu saya yang memesan Indomie Corned dan Roti bakar pisang keju cokelat, memakan menu saya itu silih berganti. Ternyata mengundang komentar teman saya yang Merdeka itu yang memang jarang berhenti meluncurkan kalimat dari mulutnya. Ada saja cerita atau komentar - komentar yang menyentil kotak tertawa untuk tergelak.

Lia Merdekawati: Cara makan lo ngga banget sih, jo!
(berkali - kali saya katakan padanya kalau saya bukan Jo, saya ica! tapi begitulah Lia-teu meunang dicaram-ngga bisa di larang).

Saya: Rasa manis kalau kelamaan di mulut ga enak.

Lia Merdekawati: Men, rasa sakit kalau kelamaan di hati itu ngga enak.
kami berdua memang gerombolan patah hati. Ehm, maksudnya yang pernah patah hati.
Hahahahahaha...tawa keras dua orang perwakilan geng lenong di bandung, cukup menggema di tenda kaki lima itu. Kami meneruskan obrolan dan berfikir, bisnis makanan kaki lima itu sangat menjanjikan. Omset mereka per-hari bisa mencapai 1,5 juta lebih, lebih tinggi daripada kalau kerja kantoran di bawah naungan para Bos. ckckckckckck...mungkin satu saat nanti setelah lulus kuliah kami bisa join dan mendirikan tenda roti bakar juga bernama Meinandawati. Hupff...Lia lia lia.
Harga tawa kami sore itu sebesar, Rp. 28,500,00.

Komentar

  1. salamin ke temen kamu yang merdeka itu..

    BalasHapus
  2. nama gue pake Y jo!
    berkali-kali gue bilang..
    MerdekawatY..ckckckckcckkk...

    anyway...kenapa rambut gue kaya tao ming tse aja lah dsitu!
    blah!

    @mas/mba anonymous:
    waalaikumsalam.
    hihihi.

    BalasHapus
  3. oi Lia, saya tau nama kamu pake Y,tapi berhubung kamu sekarang sering menyapa saya JO dan udah ga ngaruh lg kalau saya panggil kamu Libot, jadi ya...begini cara aing "menggoda" kamu sekarang. hahahaha...

    BalasHapus
  4. emang begitu rupamu kalau kamu di smoothing!

    BalasHapus
  5. girls day diwakili kalian berdua ???
    tetep kurang men,,harus ada yg namanya marJuki,Geboy,Nitong,dan si Lebar Hilton alias Nia..
    Go Girls Day!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.

Si Kembar Lahir

Ada empat orang bapak menunggu istrinya yang sedang melahirkan. Keluarlah suster dan memberi selamat kepada Bapak yang pertama.  Suster    : Selamat, anak Bapak kembar! Bapak 1 : Kebetulan saya kerja di PT. Kacang Dua Kelinci Kemudian Suster menghampiri Bapak yang kedua Suster   : Selamat, anak Bapak kembar tiga! Bapak 2 : Oh, ngga heran, saya kan kerja di PT. Tiga Roda. Berikutnya Suster menyampaikan kebahagiaan kepada Bapak yang ketiga Suster   : Selamat, anak Bapak kembar tujuh! Bapak 3 : Ah, pasti dong, saya kan kerja di PT. Bintang Tujuh Tiba-tiba Bapak yang keempat jatuh pingsan. Ternyata dia tidak dapat membayangkan jumlah anaknya, karena dia anggota Densus 88!! Sumber: Tidak diketahui dengan jelas.