Langsung ke konten utama

Sehabis Terang, kembali Gelap

Langit akhir - akhir ini sering kelabu. Bahkan Jatinangor* tiba - tiba jadi nyaman dengan langit kelabu nya yang menyejukkan dan angin yang tak henti berhembus. Oke, musim hujan telah tiba.



Seperti malam ini hujan semakin lebat terus mengguyur. Tugas saya numpuk untuk kuliah besok. Connect ke internet buat nyari tugas malah nyeleweng ke facebook. Bales komen teman - teman terus tancap gas ke Zynga Texas Hold'em Poker. Uuuggghhh...asyik panen chips, menang banyak, taruhan besar di atas deck hijau, malam indah, gemuruh hujan seperti seruling di kejauhan. Merduu sekali. Ahhh....

Tugas bisa di kerjakan last minute, bukan? biasanya analisis (read: mengarang bebas) jadi lancar. Ide - ide terlalu kreatif bermunculan di otak. Tidak setiap malam saya bisa beruntung menang dalam poker. Tugas DI Uebersetzung bisa menunggu.

JEPRUT! ZZZZZZZPPP!
Gelap.
Chips saya yang nilainya ratusan dolar, hilang di telan gelap, sia - sia. Mati lampu.

Tuhan sedang senang sekali menyentil saya akhir - akhir ini.
Oke, sebelum Tuhan menyentil lagi saya dengan kejadian lainnya, saya harus segera menghentikan penyelewengan saya di blog ini dan kembali ke niat awal ngeNet: mencari bahan tugas.


Ciao.


*) Jatinangor>>sebuah slum district, terletak antara Bandung dan Sumedang. Rumah kedua juga surga dunia bagi mahasiswa - mahasiswa abadi yang susah lulus. Menurut teman saya yang merdeka, Jatinangor kini adalah Zimbabwe yang baru. Dengan debunya, dengan sekawanan mobil - mobil gede seperti badak - badak yang siap menerjang manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senggama Sastra dan Lagu Lama

Pagi menjelang siang tapi belum waktunya untuk menjemput si kecil pulang. Pada rongga waktu itu saya isi dengan membaca buku. Setelah terhempas gelombang kehidupan, saya sering kali merasa kosong. Lalu saya menceburkan diri ke dunia baca, terutama karya sastra Indonesia. Ada yang mudah dimaknai, adapula yang kalimatnya perlu dibaca berulang kali. Lalu saya duduk di kursi dan membuka buku. Tiba-tiba saya ingin menambahkan suasana. Saya memilah-milih kumpulan lagu dalam iPod. Bosan, hingga teringat ada kebiasaan lama yang ingin saya lakukan. Ya, mendengarkan radio. Saya nyalakan radio dan mengarahkan transistornya ke saluran 91.7 FM, namanya INB Radio Bandung. Dulu tak sengaja menemukan saluran tersebut, menjadikannya station favorit. Ternyata.... Baca Selengkapnya >>

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.