Lelah. Perasaan itu muncul kembali. Saya ingin mengambil langkah seribu, menghilang dibalik kepulan asap kelabu.
Kota ini sudah terlalu sibuk, orang - orang mulai saling sikut.
Diiiiiiiiiiiiiiiin! "Awas saya mau lewaaaaaat!"
Diiiiiiiiiiiiiiiin! "Awas saya mau lewaaaaaat!"
"Saya juga buru - buru!"
"Kamu pikir kamu aja yang punya urusan penting?!"
"Kamu kira kamu saja?!"
"Yang dingiin, yang dingiin. Minum dulu, Gan, biar dingin kepala, dingin hati."
"Buru - buru bikin lapar, gorengan dulu, Gan. Buat ganjel perut sebelum aktivitas."
Kota besar takluk oleh kaki - kaki pembangunan yang congkak. Peradaban memudar, menjadi bringas, yang tradisional terusir tak terhormat oleh zaman yang tak karuan, yang susah semakin susah, yang kaya semakin kaya. Dan yang berkuasa, diam. Tangan dan mulutnya dibungkam miliaran nilai angka, dialah dewa.
Saya lebih baik mengayuh sepeda di jalan butut berbatu, tak ada listrik tak apa. Kanan kiri rumah dan kebun. Tenang, tanpa riuh saling berburu waktu, menyingsingkan lengan baju, mengangkat tinggi siku, dengan saudara sebangsa sendiri berjibaku. TIDAK. Kita tidak akan pernah mampu mengejar waktu. Tanah dan langit menjadi sumber pencaharian utama. Hari ini makan, besok tidak, syukuri saja. Terpenting Tuhan hari ini ada, esok masih tetap ada. Sederhana.
kamu tambah RRRRRRRRRR dehh postingannya..aku sukaa.. :p
BalasHapusLa vida es demasiado corta para ser otra.
BalasHapuslike this, what the meanings..
senja cinta senja,
nice, salam kenal
langitsenja menunggu
Kiki: RRRRRRR...deh.
BalasHapusHdsence: La vida es demasiado corta para ser otra means, life's too short for anybodyelse...thanks for commented on my post anyway. salam dari senjana jingga pada langitsenja.
yap.. kota terlalu bising untuk ditinggali..
BalasHapustetapii say masih butuh tempat bising-banyak-polusi-itu
hehehehe