Langsung ke konten utama

Saya Mencari

Saya mencari nikmat itu, dari balik kepulan asap putih yang berbau menyengat. Asap - asap yang mengepul terbang---melalui bibir - bibir yang awalnya indah merah hingga berbintik hitam hingga menjadi hitam---lalu pecah di udara. Saya mencari nikmat itu, yang pernah membuat saya terusir, sebuah nikmat yang dipilih sahabat sebagai penyebab kematiannya.
"Jauhan sedikit, saya mau ngerokok." ujar sahabat.
"Anjing. Kamu lebih suka deket - deket itu daripada saya." kata saya.
"Hahaha..." dengan entengnya dia membakar tembakau kering berlapis kertas itu dan menghisapnya. "I will protect you from this, Agni." katanya.
"Bullshit." timpal saya. Tubuh sahabat saya semakin kurus dari hari ke hari, wajahnya semakin cekung, dengan noda hitam pekat menyelimuti bibirnya. Saya sayang sahabat saya, kecanduannya untuk curhat pada racun itu menyulut amarah saya. Apa saya baginya kalau begitu? Pikirannya terbang bersama asap - asap itu pecah di udara. Saya tidak ada baginya. Ironi. Di sisi lain ia kerap menyebut saya sebagai sahabat sejatinya sampai mati, tapi nyatanya saya dikhianati, saya kalah oleh benda yang...ah!
"Kenapa kamu ngga bisa lepasin itu?" tanya saya.
"Ngga tau." jawabnya. "karena saya bodoh, mungkin."
Seminggu kemudian, sahabat saya itu meninggal di kosannya yang sumpek. Kanker paru - paru. Dia tidak cerita pada saya kalau dia menderita kanker paru - paru. Dia tidak pergi berobat. Dia malah semakin tenggelam dalam asap yang secara kasat mata nampak putih, tapi ternyata kebalikannya. Hitam.
Saya mencari nikmat itu. Dalam marah, duduk di tangga berkarpet merah, saya bakar linting ke empat sudah. Coba saya ingin tahu, seberapa lebar senyum sahabat saya dari alam baka sana melihat saya membakar benda yang paling saya benci sedunia. Coba saya ingin tahu, apakah dia merasakan marah yang saya rasa kala ia menyuruh saya menjauh hanya karena benda pembawa nelangsa. Coba saya ingin tahu, rasanya menyerahkan hidup dan menjemput mati dengan mengkonsumsi racun ini.
Anjing, kamu sahabat. Kamu lebih memilih ini daripada saya. Benda ini menjauhkan saya dari kamu. Anjing kamu!
Saya mencari sahabat yang telah terlampau jauh. Saya mencari mati, untuk mencari kamu, sahabat. Mungkin saya harus menyalakan ini di tempat pengisian bahan bakar agar saya cepat menemui kamu.
Aisya,
Sudut Sepi, 10 April 2010

Komentar

  1. Mari kunjungi blog saya jika ingin kerja santai tapi dapet uang yang melimpah... lihat di http://kerjaku-copascom.blogspot.com/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

2:29 am WIB : INSOMNIA

Insomnia adalah gejala [1] kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif. [2] Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur. (Wikipedia) Saya tertidur pukul 21.30-an WIB dan terbangun pukul 23.00-an WIB. Sejak saat itu hingga sekarang saya belum bisa kembali tidur. Mata saya bahkan segar meski tubuh terasa lelah. Otak saya berputar - putar. Jelas, ini bukan kali pertama saya insomnia. Kesulitan tidur sudah menjadi teman akrab, atau bahkan bisa dibilang kebiasaan? mungkin.

Hari Ini, Hari Chairil Anwar: Mengenang Sang Pujangga Nakal

Bolehlah saya mengatakan kalau Chairil Anwar adalah penyair paling mencolok, paling mahsyur di Indonesia. Gaung namanya tak lekang oleh waktu. Tak perduli kamu suka sastra atau tidak, nama Chairil Anwar pasti pernah mendarat di telingamu. Salah satu puisinya pernah kamu baca, meski sebatas di buku pelajaran SMP/SMA. Iya 'kan? Baca Selengkapnya >>