Merah bersemu jingga terpancar dari matahari setengah bulat. Senja berkarat bergantung di langit ufuk barat. Tak lama gelap menelannya bulat – bulat dalam sesaat.
Aku berjalan lesu sehabis taram – taraman itu. Esoknya tak kujumpai warna langit lain selain biru dan hitam. Habislah sudah. Masa keemasan itu menguap tak bersisa. Setelah dia mendapatkan hatiku sepenuhnya, dia hanya menjadi biru biasa dan gelap gulita. Temaram yang selalu menghangatkan jiwa yang sepi kini tak ada. Aku redup dalam kelabu birunya, mencari taram – taraman itu yang biasa membuatku terlihat merah menyala. Aku merasa didinginkan udara. Mungkinkah hangat itu hilang selamanya?
Dia tidak tahu bagaimana emosi berkecamuk dalam dada. Dia tak berusaha mengerti kesepian yang aku rasa. Kebosanan tanpa senja. Kematian mengincarku dari kejauhan membawa derita jiwa. Mungkin lebih baik rasanya jika tertikam candrasa di dada, dibandingkan dengan terselimuti kabut lara. Meskipun sekawanan angin dan awan berusaha menghibur jiwa, hatiku tertambat pada satu senja. Hanya kehangatan dari balik temaramnya yang dapat kembali menghadirkan senyuman di hati, terpancar melalui mata di muka.
Esoknya dan esoknya dan esoknya tak henti aku menunggu dia, sang senja, sebuah jingga yang temaram. Aku mencoba mencari secercah warna selain hitam. Bercak yang mempesona. Tak putusnya aku mengharap bahwa dia pun rindu padaku, pada akhirnya kembali untuk mengganti siang yang terlalu terang untukku sebelum malam kelam yang terlampau pekat kembali membelenggu.
Aku setia menunggu pendar cahaya temaram itu muncul dari balik langit terang yang berenang menuju keabu-abuan. Jiwaku terbang meregang menebar tanya akan keberadaanmu, melihat ke setiap sudut langit, mungkin aku akan melihatmu di sebelah barat atau timur laut, mungkin tenggara atau barat daya, tapi tak satu sudut pun berpendar warna jingga temaram yang indah itu. Aku menunggumu, senja, hingga penantianku mendekati lelah. Lekas kembali, isi kembali ruang kosong rindu yang sendu itu sebelum aku menjadi abu.
Aisya,
Tenggara, 22 Mei 2010
hadeeuuhhh..
BalasHapuskamu puitis banget sih sayangg..
*smooch
buat kamu nih, say....cepet pulang dong. biar hidupku kembali menyala...
BalasHapuslike this, ica. schreib noch mehr weiter!
BalasHapus