Langsung ke konten utama

Saat Bersepeda (lagi)

Saya keranjingan bersepeda. Sebenernya dari waktu kecil saya suka sekali bersepeda, namun beberapa belas tahun lalu saya kehilangan sepeda kesayangan saya. Waktu itu lagi renovasi rumah, berhubung dana terbatas, bapa saya tega menukar sepeda saya dengan satu bak pasir. hiks hiks hiks.... dan saya akhirnya punya sepeda lagi baru beberapa bulan ini. Saya menemukan spot baru saat bersepeda, beberapa fotonya sudah pernah saya tampilkan sebelum postingan kali ini. Nama daerahnya adalah Desa Ciganitri, letaknya tepat di belakang komplek rumah saya atau bisa juga lewat daerah cipagalo. Untuk bersepeda medannya terbilang mudah, jalannya datar saja tanpa ada tantangan, cuma saya senang karena suasananya yang masih pedesaan dan begitu tenang. Kalau lagi mumet, saya senang sekali bersepeda ke sana. Duduk di bawah pohon di pinggir empang dan sawah. Melihat petani yang sedang membajak sawah atau yang sedang panen ikan. Sayangnya ada beberapa lahan pesawahan yang sudah terjual dan dijadikan Residence. Yah, meski masih banyak lahan sawah dan empang yang lainnya, tapi kita tak pernah tau bagaimana nasibnya 2 atau 5 tahun ke depan. Mungkin sudah dikeringkan dan di bangun apa...entahlah. Saya harap, warisan alam ini bisa terus terjaga.


  "Reflection.."

















"Tempat Bersandar"












"Ilalang"

















"Menonton Panen Ikan"











"Ikut Memanen Ikan"

















"Berbalut Lumpur, Mencari Ikan"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.