Langsung ke konten utama

Sunshine from my Window

Sudah lama tidak merasakan kuliah pagi-pagi. Hari senin kemarin saya diharuskan kuliah pagi-pagi, karena pemindahan satu mata kuliah yang seharusnya berlangsung hari selasa ini menjadi senin kemarin jam 8 pagi. Kampus saya letaknya di luar kota, di perbukitan kota kecil yang kini jalanannya sudah beraspal beton dan berubah menjadi slum area. Saya yang berdomisili di kota besar yang jaraknya 1 setengah jam menempuh perjalanan menggunakan bis kota menuju kampus saya itu, memaksakan diri mandi subuh-subuh.


Saya yang sedang mengungsikan diri ke rumah kakak saya, menjadi segar ketika melihat rona oranye matahari terbit di timur sana. Dari jendela besar di kamar, lalu ke balkon di lantai atas, dan lewat jendela di kamar mandi saya menikmati keindahan lukisan Tuhan yang tiada tandingannya. Rasa tidak mengenakan yang belakangan menjadi parasit di hati saya, terlupakan untuk sejenak. Saya berdendang dan bersemangat menyambut pagi itu. Bergegas pergi menikmati perjalanan jam 6 pagi menuju kampus saya sembari larut dalam nikmatnya keindahan alam dan lagu yang membawa ketentraman.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senggama Sastra dan Lagu Lama

Pagi menjelang siang tapi belum waktunya untuk menjemput si kecil pulang. Pada rongga waktu itu saya isi dengan membaca buku. Setelah terhempas gelombang kehidupan, saya sering kali merasa kosong. Lalu saya menceburkan diri ke dunia baca, terutama karya sastra Indonesia. Ada yang mudah dimaknai, adapula yang kalimatnya perlu dibaca berulang kali. Lalu saya duduk di kursi dan membuka buku. Tiba-tiba saya ingin menambahkan suasana. Saya memilah-milih kumpulan lagu dalam iPod. Bosan, hingga teringat ada kebiasaan lama yang ingin saya lakukan. Ya, mendengarkan radio. Saya nyalakan radio dan mengarahkan transistornya ke saluran 91.7 FM, namanya INB Radio Bandung. Dulu tak sengaja menemukan saluran tersebut, menjadikannya station favorit. Ternyata.... Baca Selengkapnya >>

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.