Langsung ke konten utama

FRENCH (es)PRESS(o)

Postingan pertama saya di tahun 2011 membahas sekilas tentang alat seduh kopi Vietnam Drip, yang sudah lumayan lama saya incar semenjak tahu tentang keberadaannya lewat blog Cikopi. Pertama kali tahu tentang alat itu, saya langsung tertarik karena saya pikir alat itu bisa membantu saya jadi barista dadakan (dibanding kalau harus kursus dengan biaya jutaan). Saya yang suka kopi tapi sialnya tidak boleh sering ngopi ini merasa terpuaskan setelah akhirnya bisa juga beli alat mungil yang ternyata memang lebih mungil dari yang saya bayangkan.

Kegiatan so so-an jadi barista dadakan yang sering kali saya beri tagline sebagai salah satu apresiasi kopi dan belajar otodidak ini makin terlengkapi ketika sang Ibu membelikan saya satu lagi alat sederhana menyeduh kopi yang terkenal dengan nama French Press. French Press mudah sekali kita jumpai di supermarket terutama yang khusus menjual alat-alat rumah tangga. Harga di pasaran banyak yang dibawah Rp.100.000,-. Meski French Press pembelian sang Ibu kualitasnya jauh di bawah merek-merek terkenal seperti Bodum, tapi untuk saya yang masih belajar otodidak dan sotoy ini sudah sangat mencukupi. Dengan French Press kita bisa membuat secangkir atau segelas kopi hitam tanpa ampas atau bahasa kerennya itu Espresso. Espresso ini memang masih "abal-abal" jika dibandingan Espresso yang dihasilkan mesin khusus pembuat Espresso, tapi worth to try and drink kok...

Kalau Vietnam Drip prosesnya si sari kopi menetes perlahan ke dalam cangkir setelah diseduh air panas, French Press hanya perlu didiamkan 4 menit setelah kopi diseduh, lalu di press perlahan sehingga ampas terdorong ke bawah dan ketika kopi dituang ke dalam cangkir, ampas tidak akan terbawa. Namun, dengan syarat gilingan kopi berada di level coarse grind (bubuknya kasar). Tapi buat saya ya, kondisional. Beberapa waktu lalu saya mencoba menyeduh kopi Semendo dari Palembang menggunakan French Press, bubuk kopi itu halus, saat dituang ke gelas ya memang ampas kopi ada sedikit terbawa. Terus berhubung kemarin juga saya ngga punya kopi coarse grind, adanya yang medium grind, saya coba dan ampas tidak terbawa. Selain itu, kadang-kadang si French Press ini saya pake juga buat nyeduh teh poci tubruk. hahahaha

Jika dibandingkan dengan Vietnam Drip, perbedaan mencolok jelas ada pada efisiensi waktu dan kekentalan kopi. Vietnam Drip lebih lama karena si kopi menetes sedikit demi sedikit ke dalam cangkir dan kita harus menunggu sekitar 10 menit sampai tetesan kopi berhenti, barulah kopi siap diminum. Tetapi kopi yang dihasilkan begitu aromatik dan kental. Saya pikir itu mungkin karena proses ekstrasi kopi lumayan lama dan air yang digunakan juga tidak banyak. Toh, dengan menggunakan Vietnam Drip hasil kopinya cuma setengah cangkir. Tidak bisa lebih. Sedangkan menggunakan French Press bisa disesuaikan dengan selera kita menyeduh kopi, berapa sendok kopi dan air yang digunakan. Meski menurut Cikopi juga, kopi enak menggunakan French Press yaitu rasio kopi dan air adalah 15 gram kopi / 200ml air.  Tapi tentu saja, kembali pada selera tukang ngopi...

Yah...tetap saja, kopi tubruk khas Indonesia yang paling praktis, selain itu juga tanpa rasa yang mengecewakan. 

Vietnam Drip. Alat mungil yang biasa dipake tradisi ngopi orang-orang Vietnam ini memerlukan bubuk kopi dengan level Medium Grind (agak kasar). Soalnya saya pernah nyoba pake bubuk kopi yang halus (sebelum punya kopi medium grind), seperti kopi Jambi dan Semendo, hasilnya kopi terlalu pahit karena kopi menetes terlalu lambat sehingga ekstraksi kopi jadi berlebih. Kenapa lambat? karena bubuk kopi terlalu halus sampai-sampai menyumbat saringannya. Sampai akhirnya saya beli kopi dan minta gilingannya agak kasar. Paling enak 3 sendok kopi, air 150ml, ditambah susu kental manis. kopinya jenis arabica (menurut selera saya lho..). 

 Ini dia French Press. Espresso express maker. Pertama kalinya punya French Press tapi belum punya kopi dengan gilingan kasar. Jadi terpaksa pake kopi halus. Pake kopi Semendo Palembang. 2 sendok teh muncung (penuh) kopi, 150-200ml air mendidih, dan dua sendok teh gula kelapa (gula merah, gula aren).

Sebelum menyeduh kopi, French Press harus di panaskan terlebih dulu dengan menuangkan air mendidih kedalamnya lalu diamkan selama satu menit. Buang air, baru masukan kopi dan seduh. Aduk, diamkan 4 menit dalam keadaan tertutup, lalu press perlahan, baru tuangkan kopi ke cangkir/gelas. Proses memanaskan berfungsi agar suhu air panas tidak cepat turun sehingga aroma kopi tetap terjaga.
Yang paling males, tentu saja proses pembersihannya. Ketika ampas kopi menempel di alat press nya.


Penggunaan alat-alat ini sangat dianjurkan tidak menggunakan kopi instant. Itu loh, yang ada di sachet-sachet kecil dan suka dijual di warung. Paling baik tentu saja menggunakan kopi yang baru fresh digiling.

Komentar

  1. doyang ngopi juga ca?
    toss dulu! *plok*

    BalasHapus
  2. *doyan*
    -_-

    kebanyakan doyang dangdut nih aku, hehehe

    BalasHapus
  3. expresso maker itu sudah aku tau pas tinggal di rumahnya Rapolders taun lalu, cul...

    sayangnya aku gapernah nyoba make, soale gadoyan ngexpresso dan lebih suka (banget) machiatto...
    ihihihihiii

    BalasHapus
  4. Hans>> pasti doyang kopi dangdut deh...

    juki>> loh, machiatto kan bahan dasarnya espresso juga, juk...alat itu bisa buat bikin machiatto juga, oder?

    BalasHapus
  5. expresso mah pait teuing ah menyuyut ekeu,hihi

    oia, benul bisa bikin machiatto pake expresso maker,,tapi ekeu kan lebih suka yg instan (baca: beli jadi) :p

    BalasHapus
  6. hahahahahah....engke ku urang di jieunkeun machiatto

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Hari Ini, Hari Chairil Anwar: Mengenang Sang Pujangga Nakal

Bolehlah saya mengatakan kalau Chairil Anwar adalah penyair paling mencolok, paling mahsyur di Indonesia. Gaung namanya tak lekang oleh waktu. Tak perduli kamu suka sastra atau tidak, nama Chairil Anwar pasti pernah mendarat di telingamu. Salah satu puisinya pernah kamu baca, meski sebatas di buku pelajaran SMP/SMA. Iya 'kan? Baca Selengkapnya >>

2:29 am WIB : INSOMNIA

Insomnia adalah gejala [1] kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif. [2] Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur. (Wikipedia) Saya tertidur pukul 21.30-an WIB dan terbangun pukul 23.00-an WIB. Sejak saat itu hingga sekarang saya belum bisa kembali tidur. Mata saya bahkan segar meski tubuh terasa lelah. Otak saya berputar - putar. Jelas, ini bukan kali pertama saya insomnia. Kesulitan tidur sudah menjadi teman akrab, atau bahkan bisa dibilang kebiasaan? mungkin.