Langsung ke konten utama

Mimpi Sebuah Dunia

Saya mimpi tentang sebuah dunia,
di mana ulama - buruh dan pemuda,
bangkit dan berkata - STOP semua kemunafikan,
Stop semua pembunuhan atas nama apapun.

Dan para politisi di PBB,
sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,
buat anak-anak yang lapar di tiga benua,
dan lupa akan diplomasi.

Tak ada lagi ras benci pada siapa pun,
Agama apa pun, rasa apa pun, dan bangsa apa pun.

Dan melupakan perang dan kebencian,
dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia
yang lebih baik.

Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi,
yang tak pernah akan datang.


Salem, 29 Oktober 1968
- Soe Hok-gie - 

Komentar

  1. Ini dari Gie ya?..hmm...sosok yang jadi acuan petualang sejati selama ini....salutate lah...

    BalasHapus
  2. keren! tapi aku lebih suka yang ini nih ca:

    "Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.

    Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.

    Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.

    Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu

    Atau tentang bunga-bunga yang

    manis di lembah Mendalawangi.



    Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.

    Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.

    Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.

    Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.

    Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.



    Mari sini, sayangku.

    Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.

    Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.

    Kita tak pernah menanamkan apa-apa,

    kita takkan pernah kehilangan apa-apa."

    btw ca, aku suka layout barunya. yeyey! :)

    BalasHapus
  3. Adit>> Iya, mas. Soe Hok-Gie. jatuh cinta deh sama dia! hahahaha

    Hans>> aku juga suka banget puisinya yang itu! ini cuma cocok aja buat tema dunia sekarang yang terus memanas. suka semua tulisan Gie, termasuk yang menggugat pemerintahan juga. inspiratif. heu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.