Langsung ke konten utama

Laporan Lebaran yang Lalu

Walungan zaman dulu...
Foto ini diambil sekitar 18 tahun yang lalu, waktu saya masih berusia 5 tahun. Ini di desa ayah saya, Cikaso, Banjarsari. Dulu sih, waktu kakek dan nenek saya masih ada, hampir setiap kali lebaran saya dan keluarga pasti ke sana. Namun, setelah mereka pindah rumah ke tanah 2x1 meter, otomatis kami jarang berkunjung. Berhubung keluarga ada di Bandung semua dan ayah saya adalah yang di-tua-kan dalam keluarga.

Setelah mungkin 10 tahun ngga pulang kampung, akhirnya lebaran tahun ini kami pulang juga. Awalnya didasari bosan menjadi "kuncen" Bandung terus, tante saya mengajak semua kakak-kakaknya (termasuk Ayah saya) buat berbondong-bondong pulang ke Cikaso. 

Kalau pulang ke Cikaso, ngga afdol kalau ngga main ke walungan (sungai). Zaman dulu saya dan kakak-kakak saya suka ikut nenek ke walungan. Kita main di walungan, sedangkan nenek saya memetik sayur mayur di ladang dekat walungan. Kemarin saya menyempatkan ke walungan juga. Sayang airnya sedang surut. Air nya masih tetap jernih, tapi sudah terjadi banyak longsoran di sekitar walungan, sehingga menimbulkan kesan sungai yang tak terawat. 

mampir dulu di rumah makan favorit saya. daerah Ciawi, setelah Malangbong dari arah Bandung. Soto Betawinya,Ajib!!
Keponakan saya, Lucu ya?
Menyepi sebentar dari keriuhan kota. Ketenangan pedesaan selalu mendamaikan hati. Mau kelapa muda, tinggal manjat pohon. Gratis. Pisang ada di mana-mana. Cuma rambutan dan durian yang belum berbuah. Baru berbunga saja. Mendengar ayah berkumpul bersama adik-adiknya, mengenang masa-masa kecil mereka dulu di desa sambil ngopi buah nangka. Bedanya dengan tahun-tahun yang lalu, lebaran tahun ini datang anggota baru. Akhirnya keponakan pertama dan cucu pertama di keluarga saya. Namanya Zahira, usianya baru 2 bulan. Hebatnya, dia ngga rewel sama sekali selama perjalanan menuju Cikaso, maupun perjalanan pulang ke Bandung. Pedahal perjalanan itu berlangsung 12 jam karena kemacetan yang melanda jalur pasca jalur Nagreg. Kesal tapi senang, karena sudah lama sekali tidak merasakan suasana arus mudik. 

Walungan zaman sekarang (bandingkan dengan foto di atas)
Kelapa Selamat Datang
Dalam cengkraman Keluarga
Kakak tertua dan suaminya
3 Entog
Masyarakat lokal
Kanan ke kiri: Kakak saya yang pertama, sepupu, dan abang ipar ke dua
Wuahhhh segerrrr
di kebun warga
Air mengalir sampai jauh...
Rumah kakek dan nenek
di Gua Donan
Gua Donan
Berayun - ayun...
Berkembang, berapi...
Mau pulang, muacet nyo....
Kakak saya yang ke dua dan keponakan saya

Komentar

  1. acara bareng keluarga tu selalu menyenangkan yaaa...tak ada yg bisa gantikan..mumpung masih ada dan keluarga lengkap mengapa tidak?..sharing yg bagus...selamat berbahagia..

    BalasHapus
  2. duh duh duh.. foto yang kakek2 boker tu horror, mbak. untng ada foto bayinya yang bikin adem..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.