Langsung ke konten utama

A TRIBUTE TO COSTA RICA

Picture: http://idpict.com/
Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada para fans Jerman yang timnya sukses membombardir Brazil 1 - 7 di rumah sendiri. Bukannya saya membela Jerman, tapi sejak pertama kali menggandrungi sepak bola tahun 1998, saya memang langsung tidak suka Brazil. Seciamik apapun mereka main, saya yang masih duduk di bangku SD kala itu begitu rasis. Saya tidak suka tim yang banyak dihuni pemain berkulit hitam dengan wajah yang tak menarik. hahahaha... Tapi sekarang, berbeda. Masih tetap tidak suka Brazil, karena mereka sudah terlalu sering juara. Kalau juara lagi 2014 ini, akan membosankan. Selain itu sepanjang Piala Dunia kali ini, banyak kemenangan Brazil dipengaruhi keputusan wasit. Pertama saat seri melawan Meksiko di fase grup, hingga yang terakhir ketika kontra Kolombia, dimana gol tim kuda hitam Kolombia harus dianulir pedahal seharusnya sah. Jadi kekalahan 1 - 7 dari Jerman adalah harga yag pantas untuk "kecurangan" Brazil.


Dalam setiap kompetisi sepak bola saya selalu menantikan kelahiran tim kuda hitam. Pagelaran 4 tahunan kompetisi sepak bola tertinggi tahun ini melahirkan banyak tim debutan yang luar biasa. Belgia, Kolombia, Aljazair, dan Costa Rica adalah yang terbaik. Namun diantara keempatnya saya terkagum-kagum melihat permainan Costa Rica dan Aljazair. Begitu rapih, terorganisr, dan berbalut semangat nasionalisme yang
Picture: www.thedailystar.net
tinggi. Lihat bagaimana Jerman pun ketar ketir melawan Aljazair. Mereka harus melalui perpanjangan waktu untuk menembus gawang tim asal Afrika Utara tersebut. Bukan Jerman tampil buruk, tapi Aljazair begitu luar biasa.

Tapi favorit saya adalah tim Amerika Tengah, Costa Rica. Banyak pihak memprediksi saat Costa Rica bergabung dalam grup neraka bersama Inggris, Italia, dan Uruguay, gawang mereka akan menjadi lumbung gol pemain kelas atas yang dimiliki ketiga negara tersebut. Prediksi tersebut sangat wajar, mengingat Costa Rica hanya dihuni pemain-pemain kelas dua, yang hanya bermain di tim-tim minor Eropa, dan sisanya hanya berlaga di liga lokal. Tapi lihat, mereka menyingkirkan Italia, Inggris, Uruguay, dan Yunani. Mereka memuncaki Grup D, membuat mata dunia terbelalak. Terakhir, mereka bertarung hebat saat menghadapi Belanda. 

Picture: www.aol.com
Spartan, kuat, semangat, dan memaksa tim oranje main tos-tosan a.k.a adu penalti. Saya yang menjagokan tim besutan Louis Van Gaal itu, sampai jantungan dibuatnya. Di luar kegagalan mereka menaklukan singa oranye, mereka tetap tim yang luar biasa. Pada Piala Dunia sebelumnya, mereka terbiasa tidak lolos kualifikasi, pun jika lolos, maka tersingkir di penyisihan grup. Tetapi di Brazil 2014 ini mereka menunjukan bahwa pemain bergaji mahal, pemain liga bonafit, pemain bintang, pemain... apapun lah namanya, bukan berarti tak bisa ditaklukan. Meski hasil akhir kalah melawan Belanda, menurut saya Costa Rica adalah pemenangnya. Tim debutan yang penuh semangat juang untuk mengharumkan nama negara. Semua pemain bermain gemilang, secara tim, dan tak ada yang jauh mengungguli dari pemain yang lainnya. Saya rasa semua pelatih-pelatih tim unggulan akan setuju bahwa bertemu dengan tim sesama unggulan akan jauh lebih mudah ketimbang jika harus melawan tim kuda hitam yang selalu bermain lepas dan penuh semangat. Penuh kejutan. Menyulitkan.  

Jadi saya katakan, selamat untuk Costa Rica (juga Kolombia, Aljazair, dan Belgia), you guys incredible!!       

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.