Langsung ke konten utama

Jam Sekolah Lebih Pagi?

Terdengar wacana Pemda Jakarta tentang rencana memajukan jam masuk sekolah di Jakarta menjadi lebih pagi. Katanya sih, masuknya jadi jam 6.00 WIB. nah loh?! kira - kira bakal efektiv ngga ya? Alasan di balik rencana itu adalah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta setiap pagi, di mana umumnya masyarakat keluar rumah serentak untuk menjalankan rutinitas pagi hari mereka sehingga mengakibatkan kemacetan karena menumpuknya transportasi pagi itu.


Bagi mereka yang terbiasa dididik sebagai morning person, hal semacam itu takkan masalah, tapi untuk anak zaman sekarang yang senengnya ngeyel, membantah, dan sifatnya manja, wew...jangan harap memajukan jam sekolah menjadi lebih pagi dapat mendisiplinkan mereka. Karena pada akhirnya jam sekolah yang lebih pagi justru akan dijadikan alasan anak untuk datang terlambat. Trust me on this one!
Memang sih, sebagian besar kemacetan juga disebabkan anak - anak sekolah. Jumlah siswa sekolah jauh lebih banyak dari mereka yang pergi bekerja. Jika memang kemacetan yang di jadikan alasan dari rencana itu oleh Pemerintah, saya rasa ada alternativ lain yang juga pantas di jadikan opsi untuk di pilih.
Opsi pertama, ya...pemerintah harus bisa menekan laju pertumbuhan kendaraan di kota - kota besar seperti kota sibuk Jakarta. Penumpukan kendaraan menjadi faktor utama kemacetan yang terjadi selain menyebabkan polusi yang terus meningkat. Satu keluarga seharusnya tidak di perkenankan memiliki kendaraan lebih dari dua atau 3. Misalnya, satu keluarga hanya boleh memiliki dua mobil atau satu mobil dan satu motor. Aturan seperti itu harus benar - benar terlaksana, di mulai dari kalangan pemerintah itu sendiri yang suka ngga tahu diri. Menetapkan Perda atau UU tapi ngga ngaca sama diri sendiri. Ibaratnya, kalau kepala keluarga udah ngga becus, maka akan merembet ke anggota keluarga lainnya yang jadi turut ngga becus!
Opsi kedua - selain laju pertumbuhan kendaraan yang harus di tekan, laju pertumbuhan penduduk juga wajib di tekan. Hapuskan mitos banyak anak, banyak rezeki. Banyak anak justru makin susah. Kembali sukseskan program Keluarga Berencana. Hehe...
Juga hapuskan mitos kota besar surga rezeki. Tanpa skill yang memadai, mereka yang skill nya nihil justru akan tergilas roda kehidupan kota besar dan menjadi sampah masyarakat. Hal yang satu ini sih harus didukung usaha pemerintah dalam memeratakan pembangunan di seluruh pelosok indonesia juga oleh rasa bangga dan cinta setiap individu menjadi anak daerah. Percaya kalau bukan di mulai dari mereka, siapa lagi yang dapat memberi kemajuan pada ranah kelahiran mereka?
Opsi Ketiga, sediakan bis sekolah untuk anak - anak sekolah. Caranya bukan dengan menyediakan bis baru, itu mah malah membuat kendaraan semakin bertumpuk! Tapi dengan mengalihkan metro mini ataupun angkot - angkot menjadi kendaraan untuk anak sekolah. Mereka jadi bis langganan sekolah dengan biaya bantuan subsidi pemerintah (terutama untuk sekolah - sekolah negeri). Tidak harus satu sekolah mempunyai beberapa unit bis sekolah, tapi beberapa sekolah yang terletak pada rayon yang sama (berdekatan) di sediakan sekian unit bis sekolah. Jadi semacam mobil antar jemput begitu. Para siswa di jemput di halte - halte yang sudah di tentukan, dengan syarat pembangunan halte ini pun harus bijak. Pemerintah dapat bekerja sama dengan para pengusaha metro mini, supirnya pun di tarik dari supir - supir metro mini yang sudah ada. Mereka harus di training ulang agar dapat menjadi pengemudi yang jauh lebih bertanggung jawab. Secara mereka kan membawa nyawa anak - anak penerus bangsa. Pewaris segala masalah dan pembangunan di negeri ini.
Saya pikir dengan begitu, masyarakat jadi dididik lebih teratur lagi sejak dini. Anak sekolah yang satu dapat lebih bersosialisasi dengan anak sekolah yang lainnya. Hingga tercipta persaudaraan, rasa sebangsa setanah air, jadi ngga ada lagi tawuran antar sekolah. halah....
Hidup itu perlu perubahan, Bos! namun setiap perubahan itu tidak ada yang mudah dan akan selalu menemui kendala, demi hari yang lebih indah kita harus berjuang. Kuncinya kita harus bersabar, ngga putus asa terus kerja keras, tawakal, dan semangat, Kawan!
Marilah kita bersama bersakit - sakit dahulu, bersenang - senang kemudian...
Untuk Indonesa yang merdeka.
Saatnya masyarakat Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.