Langsung ke konten utama

Kangen Si Doel

Masih inget potongan theme song ini ngga?

anak betawi...ketinggalan jaman...
katenye...
anak betawi... ngga berbudaye...
katenye....
....
aduh, sialan!
ni si doel, anak betawi asli
kerjaannye, sembahyang mengaji!
tapi jangan, bikin die...
sakit ati...
gigi beri sekali, doel!
orang bisa mati...



Yo A, cuiy! lagu itu soundtracknya si Doel Anak Sekolah yang dibintangi Rano Karno, Alm. Benyamin S., Cornelia Agatha, Aminah Cendrawasih, Suti Karno, Mandra, Alm. Basuki, Maudi Koesnaedy, Alm. Pak Tile, dll. yang ditayangin RCTI waktu itu tahun 1993 di bawah naungan PH Karnos Film. Udah satu minggu ini sinetron itu ditayang ulang di RCTI jam 7 - 9 pagi dari senin sampai Jumat. Saya adalah salah satu penonton setia nya dari zaman dulu sampai sekarang. Kehadiran kembali sinetron yang sukses di awal tahun 90-an itu sungguh mengobati kerinduan serta kehausan saya akan tontonan yang sangat menghibur sekaligus mendidik, sangat berbudaya, dan juga sangat sangat natural. Natural dari mulai setting lokasi, tata sound, sampai dengan acting para pemainnya. Sumpah, sinetron itu keren banget! Sinetron zaman sekarang mana ada yang sekeren itu?! Wae lah, apeu semua!
Sinetron zaman sekarang sebagian besar tidak mempunyai variasi cerita, mengisahkan percintaan dan persaingan orang yang baik dan jahat. Yang jahat bisa jahat banget, yang baik kadang suka bego banget dan kelewat baik malah. Apeu kan?! Atau cerita anak SMA yang suka lebay : selain kurang menghormati orang tua mereka, figur guru juga dijadikan "permainan" dan bukan lagi menjadi sosok yang penuh wibawa, ada juga beberapa sinetron yang pemainnya anak2 masih bau kencur tapi perannya udah jadi tante2/ibu2 kantoran...halah. Jelas kalau di bandingin dengan suguhan sinetron zaman dulu, jauh berbeda. Dari mulai kualitas gambar saja, sinetron zaman sekarang saya bilang sih kurang natural. Cahaya sama make-up nya itu, bo! over banget...apalagi dari kualitas para pemainnya...two thumbs down. Para petinggi PH hanya mementingkan pasar dan bisnis mereka dan kurang memikirkan secara matang suguhan mereka serta dampak nya bagi kehidupan masyarakat negeri di masa depan. Survey kecil - kecilan yang saya lakukan membuktikan banyak perilaku anak zaman sekarang yang terpengaruh dari apa yang mereka tonton. Bukan tidak mungkin kehidupan, budaya, dan norma ketimuran yang selama ini dijunjung oleh bumi indonesia akan benar - benar mati digilas roda globalisasi. Tontonan salah satu faktor yang mendukung arus globalisasi. Sampai saat ini saya belum menemukan pelaku entertain yang memberikan terobosan baru dalam karya - karya nya, yang berani melakukan sebuah perubahan. Menyuguhkan yang berbeda.
Saya kangen Si Doel. Saya kangen cerita yang begitu elegan dan menarik di tonton di antara cerita yang itu - itu melulu dan hanya mengumbar mimpi. Menurut saya genius Ida Farida dan Rano Karno yang menulis skenario Si Doel Anak Sekolahan itu. Hanya saja sangat di sayangkan ketika versi lanjutannya yaitu Si Doel Anak Gedongan, di mana dikisahkan si Doel yang udah jadi anak gedongan, tidak dapat menyamai kesuksesan sinetron terdahulunya.
Si Doel, ada unsur komedi, romansa, edukasi, dan religi. All in one pack! Bakal ada ngga ya, yang bisa menyajikan tontonan semacam itu? Bukan meniru cerita si Doel anak sekolahan, maksud saya menyajikan jalan cerita yang apik dan cerdas.
P.S: Lebay juga ya tulisan saya?? Haha..well, perlu diingat kalau tulisan ini dari sudut pandang saya tentang sinetron. Sinetron yak, bukan FTV, mini serial, atau Film bioskop. Boleh ada yang setuju dan boleh ada yang tidak juga.

Komentar

  1. SETUJU...saya ingin sekali punya koleksi film nya dari awal hingga akhir,terserah deh dalam bentuk apa..CD ATAU DVD tolong info kan ya ke fajar di nomor 0542-7187587 atau 0852 4661 4441 terima kasih atas tanggapannya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.