Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2010

Pada Malam

Sebenarnya aku ingin merasakan kebebasan meski dalam keterbatasan sebab hembusan dingin angin malam. Bukan seperti sekarang. Kembali terkotak di satu ruangan sepi, mendengar nyanyian nyamuk yang sama sekali tak merdu. Aku tidak bisa tidur. Sengaja aku tidak mendebatmu malam ini. Semua pertimbanganmu terlalu masuk akal, berasal dari pikiran yang sehat. Jadi lebih baik aku diam dan mengangguk saja. Kamu tidak akan mengerti isi pikiranku saat ini. Tentang semua ide gilaku. Tentang bagaimana aku tidak peduli dinginnya malam, kencangnya angin. Tentang bagaimana konsep bermalamku malam ini. Aku ingin melewatkan satu malam tanpa tidur, tanpa menginap di tempat teman, tanpa pikiran takut masuk angin, atau apa kata orang. Aku ingin menyerahkan diri pada malam bersamamu. Ini kebebasan yang jarang aku dapatkan dan ternyata pada kenyataan yang pahit aku harus kembali menyerah. Bahwa ide gilaku harus terkubur saja dalam batin yang kini merasa tak terpuaskan. Aku ingin menjadi samar dalam r...

Bagaimana Jadinya

Bagaimana jadinya jika senja tak lagi berjingga, jika malam tak lagi gelap, jika purnama tak lagi bercahaya, jika bintang tak lagi berpijar, jika matahari tak lagi bersinar, bisakah semua tetap berjalan?? dan bagaimana jika kata tak lagi bermakna, jika otak tak lagi bekerja, jika logika tak lagi dipercaya, jika hati tak lagi merasa, jika kaki tak lagi berjalan, jika tangan tak lagi memegang? Apa jadinya bila awan tak lagi bergerak bila angin tak lagi berhembus bila air tak lagi mengalir bila api tak lagi membakar bila bumi tak lagi berputar bila waktu tak lagi melaju bisakah aku tetap menjagamu? aku harap, hanya itu... (Senjana Jingga, 17.96.2009)

Penakluk Hasrat

entah apa yang harus kulakukan saat ini, aku berbaring terasa tak nyenyak aku berdiri terasa tak menapak aku berjalan terasa tertahan aku berlari terasa terjerat apa yang kurasakan benar - benar menggrogoti alam sadarku... sungguh, segelas kopi pekat telah kuserap segumpal asap rokok telah kuhisap sehampar langit malam telah kuingat tapi, ah, hanya keresahan yang kian melekat kamu, wahai penakluk hasrat, lepaskanlah aku dari kedataran malam yang merantai diri ini bebaskanlah aku dari keterjebakan hati yang menggundah ini bawalah aku keluar dari dimensi ruang yang membentengi pertemuan ini wahai penakluk hasrat, aku hanyalah pengagummu hanya itu... (Senjana Jingga, 10.07.09 3:24)
via icanread.tumblr.com

Tentang Pribadi Baru

Seorang teman saya yang Merdeka menyanyikan sebuah lagu berjudul “semangat baru” dengan liriknya yang berujar “jadi pribadi baru”, sebuah lagu yang digunakan theme song iklan promo minuman soda dinyanyikan Ello dkk., pada saya tepat dengan kedua matanya menghujam ke hati. Cara matanya memandang sedikit banyak mengiris hati. Entah, mungkin memang saya sedang dalam keadaan labil 6 bulan belakangan ini. Terpancar jelas dalam sorot matanya dia sama sekali tidak suka dengan ekspresi kejiwaan saya yang naik turun. Hahaha.... Comro bilang, “teman – temanmu itu sangat berpengaruh buat kamu ya? Ketiadaan mereka juga menghilangkan keceriaanmu.”. Setiap kali ia berbicara tentang itu, saya tidak pernah dapat mengembalikan satu patah kata pun. Mungkin tidak juga, tapi mungkin dia benar juga. Mungkin tidak. Mungkin iya.

Catatan Pinggir Goenawan Mohammad

Saya baru membaca sebuah buku berjudul “Catatan Pinggir 4” karya Goenawan Mohammad yang terbit sekitar tahun 1995, itu pun belum beres saya baca. Saya baru beres membaca bab satu bertemakan Ideologi. Wow. Tulisannya sangat menyentil, membuat saya berpikir tentang keadaan tanah air saya juga dunia. Buat saya, tulisannya menggugah sebuah kesadaran yang tertidur lama dalam diri manusia ( saya ). Goenawan Mohammad terkenal sebagai penyair dan esais yang kuat, juga sebagai pemimpin redaksi Tempo sekitar tahun 1994an. Di mana pada masanya, Tempo di cabut hak hidupnya oleh sebuah rezim.