Sebenarnya aku ingin merasakan kebebasan meski dalam keterbatasan sebab hembusan dingin angin malam. Bukan seperti sekarang. Kembali terkotak di satu ruangan sepi, mendengar nyanyian nyamuk yang sama sekali tak merdu. Aku tidak bisa tidur.
Sengaja aku tidak mendebatmu malam ini. Semua pertimbanganmu terlalu masuk akal, berasal dari pikiran yang sehat. Jadi lebih baik aku diam dan mengangguk saja. Kamu tidak akan mengerti isi pikiranku saat ini. Tentang semua ide gilaku. Tentang bagaimana aku tidak peduli dinginnya malam, kencangnya angin. Tentang bagaimana konsep bermalamku malam ini. Aku ingin melewatkan satu malam tanpa tidur, tanpa menginap di tempat teman, tanpa pikiran takut masuk angin, atau apa kata orang. Aku ingin menyerahkan diri pada malam bersamamu. Ini kebebasan yang jarang aku dapatkan dan ternyata pada kenyataan yang pahit aku harus kembali menyerah. Bahwa ide gilaku harus terkubur saja dalam batin yang kini merasa tak terpuaskan.
Aku ingin menjadi samar dalam redup suasana malam. Berbagi sisi kegelapan. Berujar pada malam, "inilah kebebasan yang jarang kurasakan. aku dan hitammu, wahai malam. Membawa cinta yang tak terang.". Bersamamu aku merasa sempurna, namun nampaknya kamu sedang tidak menerima segala bentuk "kegilaan" yang hendak aku lancarkan. Lebih baik aku diam. Tak mau berdebat.
Pada malam, aku memohon maaf. Aku tidak bisa memanfaatkan kesempatan merasakan kebebasan, melarut bersama dinginmu, sepimu, juga kelammu.
Komentar
Posting Komentar