Langsung ke konten utama

Dago Car Free Day

Dago Car Free Day. Program ini mengikuti yang sudah ada sebelumnya di Jakarta. Orang - orang berkumpul di sepanjang jalan Ir. H. Juanda Bandung mulai jam 6 pagi sampai jam 10 pagi hari Minggu, menikmati jalan utama tanpa gangguan kendaraan bermotor. Ada yang senam, main badminton, breakdance, main rollerblade (sepatu roda), bersepeda, lari pagi, atau yang hanya sekedar berjalan kaki dan jajan - jajan di bazar makanan yang tergelar di lahan parkir FO sepanjang jalan Ir. H. Juanda atau yang lebih dikenal dengan nama kawasan Dago. Tidak hanya itu sebenarnya, ada juga pagelaran kesenian daerah di sini (waktu kemarin saya berkunjung sih ada pagelaran Sisingaan), juga parade layang - layang, hingga kampanye pembagian stiker anti Narkoba.


Untuk pertama kalinya saya berkunjung ke program pemerintah kota tersebut yang sudah diselenggarakan hampir satu bulanan belakangan ini. Saya mengowes sepeda dari rumah saya di daerah Margacinta (sebelah selatan kota Bandung) ke utara menuju Dago. Cukup ramai, apresiasi masyarakat begitu antusias dengan program Dago Car Free Day milik Pemkot ini. Yah...meski pasti ada beberapa pihak yang juga kontra dengan program ini, karena Dago adalah jalan utama dan bagi orang - orang yang hendak keluar rumah dengan melewati akses jalan ini akan sedikit kesulitan karena harus memutar jalan berhubung jalan Ir. H, Juanda ditutup dari jam 6 pagi sampai jam 10. Saya sendiri sih, setuju saja karena toh tidak setiap hari dilaksanakan. Untuk satu hari dan hanya selama 4 jam, tak ada salahnya kita merelakan kawasan Dago tanpa kendaraan bermotor. Bukan begitu?




"Dago Car Free Day"






"Selonjoran dulu ah..."













"Dago di Minggu Pagi"








"Keep Rolling"



















"Parade Layang - Layang"


"Moderne Egrang"















"Terbalik"
"Penggerak Roda"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip to Malang - Semeru (Part 2)

Baca : Trip to Malang-Semeru (Part 1) Saya sampai di Ranupani (2.200m dpl) sekitar jam 4 sore, karena baru berangkat dari Tumpang sekitar jam 1 atau 2 siang. Setelah mengurus perizinan dan tetek bengek formalitas di Tumpang dan Ranupani, kami siap mendaki Semeru. Dari Tumpang ke Ranupani dibutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam naik Jeep. Selama perjalanan kita disuguhi panorama alam yang luar biasa indahnya. Tebing, perbukitan, lembah, padang savana yang luas, pedesaan tempat tinggal suku Tengger, serta Mahameru di kejauhan.

Yang Tua-Tua Keladi

Setelah melewati kemacetan Kebon Kalapa yang aduhai..hai..hai.. aduh padatnya, saya turun di pertigaan jalan Suniaraja-Otista-Kebon Jati. Dari situ saya mantap berjalan kaki ke jalan Kebon Jati, melawan arus kendaraan. Jalanan ini cukup padat juga, selain satu arah, banyak pedagang kaki lima di trotoar, juga angkot-angkot yang ngetem karena ada sekolahan di sini. Ruwet banget deh... matahari siang bolong terik, pedahal sewaktu saya berangkat dari rumah itu mendung loh...wah! Teruuuuuus saya berjalan naik turun trotoar, menembus kerumunan anak sekolahan, sampai di bangunan tua sebuah pabrik kopi. Ya, Javaco .

Ada yang Kesal

Hujan deras dan angin kencang mulai beraksi di luar. Saya duduk memandangi ponsel, berpikir sms apa yang akan saya kirim. Huh, bahkan saya tidak punya ide untuk menulis sms. Saya tidak menginginkan sms yang hanya berisikan pertanyaan, ‘sedang apa?’ Atau ‘sudah makan?’ Apalagi ‘di sini hujan. Di situ hujan juga?’. Sms yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan hanya cerita yang tak berkelanjutan. Saya sadari betul saya butuh teman ngobrol, butuh teman untuk membunuh waktu, tapi sialnya saya tidak tahu topik apa yang enak untuk ngobrol.