Apa boleh dikata, Pangandaran adalah pantai yang paling dekat dan mudah dijangkau dari Bandung. Saya dan keluarga sudah tak asing dengan pantai selatan ini, kebetulan Bapak saya kelahiran Banjarsari, sehingga perjalanan ke Pangandaran bagaikan pulang kampung bagi kami.
Satu keponakan saya yang paling kecil begitu semangat. Umurnya baru 2 tahun setengah saat itu, ini akan jadi pengalaman pertama baginya melihat lautan, ombak, dan tentu saja saya akan mengenalkannya pada keindahan senja. Reaksi pertama ketika dia bermain dengan gulungan ombak adalah tertawa kegirangan, samapai akhirnya air laut itu menerjang mata dan mulutnya. Dia pun berteriak, "aaargghh,,, mata zhazha meleleh. tolong..." sembari sedikit tersedu. Tapi setelah itu, dia tau apa yang harus dilakukan. Setiap ombak datang, tangannya langsung menutup mata dan mulut. "Asiiiin...." begitu dia bilang. Dia sangat suka. Setiap lihat pantai di foto atau televisi, ia pun menyebutnya Pangandaran.
Pangandaran tetaplah pangandaran, selalu ramai pengunjung. Meski sudah terkenal kotor (meski tidak sekotor ancol), tetap saja menjadi magnet wisatawan terutama domestik. Ombaknya tetap besar. Saat itu malah sangat besar, saat mencelupkan kaki pun terasa begitu kuat arusnya. Sedikit menyeramkan memang. Para lifeguard tak bosan-bosannya berpatroli dan dengan menggunakan toa, mereka beseru mengingatkan para pengunjung untuk tidak berenang di daerah-daerah berbahaya yang telah ditandai bendera merah. Namun dasar orang Indonesia, sebagian pengunjung ada yang mengabaikan peringatan tersebut. Alhasil mereka harus digiring ke tepi pantai.
Empty Chair |
Paling membuat saya bahagia adalah melihat ibu saya bisa melepaskan penat. Maklum meski sudah berusia 60 tahun, tetapi beliau belum pensiun juga. Sebagai dosen yang sudah jadi PNS, masa baktinya terhadap negara baru bisa berakhir pada usia 65 tahun. Jadi saya senang melihat wajah Ibu dihiasi tawa sumringah. Ia yang takut laut pun, sedikit demi sedikit berani mencelupkan kaki untuk dielus ombak.
Biasanya saya tidak begitu suka harus berlama-lama di Pangandaran. Saya tidak begitu suka dengan tempat yang terlalu ramai. Tetapi Desember itu saya merasa nyaman. Saya bahagia melihat keluarga saya senang pada liburan yang sudah jauh-jauh hari saya canangkan ini. Ibu saya bahkan ketagihan liburan dan ingin ikut kalau saya traveling. Namun begitu saya menjelaskan traveling ala saya harus mau naik kereta ekonomi, Ibu langsung mengurungkan niatnya. Tapi dia tetap meminta saya untuk merencanakan liburan berikutnya. And I promised, I will.
Horse Parade |
Hai Ica, trims uda visit blogku. Hehe, iya, terima orderan gambar plus pigura nih. Kalau mau, hubungi nomorku aja. Bisa dipaketin juga kok.
BalasHapusSMS atau Whatsapp di 0838 403 59757 ya. Hehehe
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)